24 Jan 2012

Manajemen Dakwah

BAB I
Pendahuluan
Ketika Nabi Besar Muhammad Saw, diutus  ke muka bumi oleh Allah Swt, maka terlihat dengan jelas bahwa ad-Dinul Islam yang dibawanya untuk kepentingan umat manusia diseluruh dunia sepanjang masa, adalah berfokus pada tiga prinsip pokok yakni: Pertama, pemberantasan kejahiliyahan, yakni kebodohan manusia dalam segala bentuknya, berupa kekufuran, kemusyrikan, tirani, pembunuhan anak, parganisme, buta huruf, kekotoran kemelaratan, demoralisasi, dan lain-lain bentuk kemunduran. Kedua, metode yang dipakai untuk mencapai tujuan ini, maka jalan satu-satunya yang dipakai oleh Rasulullah Saw, ialah dakwah yakni usaha merubah tingkah laku manusia dari jalan kesesatan ke jalan lurus sesuai perintah Allah Swt, dengan berbagai cara, baik lisan, kontak perbuatan isyarat ikrar, diam sekalipun, maupun cara-cara lain yang efektif. Ketiga,  sasaran yang dicapai ialah terwujudnya tata masyarakat baru yang diridhai oleh Allah Swt.  Sebuah masyarakat yang berjalur Iman, Islam dan Ihsan berdasarkan pada dua pedoman pokok, Kitabullah dan Sunnatur Rasul, yang berisi tiga serangkai yang diperlukan bagi manusia yakni, aqidah (pegangan hidup),  syari’ah (jalan hidup), dan akhlak (tata cara hidup).[1]
Ajaran Islam adalah konsepsi yang sempurna dan komprehensip karena ia meliputi segala aspek kehidupan manusia, baik yang bersifat duniawi maupun ukhrawi. Islam secara teologis, merupakan sistem nilai dan ajaran yang bersifat Ilahiah. Sementara dari aspek sosiologis, Islam merupakan fenomena peradaban, kultural, dan realitas sosial dalam kehidupan manusia.  Selanjutnya, salah satu aktivitas keagamaan yang secara langsung digunakan untuk mensosialisasikan ajaran Islam bagi penganutnya dan umat manusia pada umumnya adalah aktifitas dakwah. [2]
            Dengan demikian, dapat dipahami betapa pentingnya peranan dakwah dalam kehidupan masyarakat. Apalagi dewasa ini perkembangan komunikasi antar manusia semakin maju,  maka dakwah dianggap sesuatu yang penting artinya. Karena begitu pentingnya, maka pelaksanaannya dituntut berbagai metode dan strategi yang sesuai dengan tuntutan perkembangan era globalisasi,  baik dalam cara,  materi, sasaran, kualitas, komleksitas dan hal-hal lain yang terkait dengan kebutuhan hal tersebut.   
Menurut Tholhah Hasan bahwa, arus globalisasai bergerak begitu cepat, besar kuat,  ia datang menembus batas-batas kedaulatan nasional setiap negara, baik itu dialami oleh negara-negara maju dan lebih lagi terhadap negera berkembang, negara itu saling terkait antara satu dengan yang lainnya dalam pintalan ekonomis,  teknologis dan, juga politis. Dari sana dapat dirasakan bagaimana distribusi sumber-sumber teknologi   serta informasi bergerak dan berpindah-pindah secara lebih deras  dan lancar dari satu negara ke negra lainnya atau dari satu wilayah ke wilayah lain.[3] 
Dewasa ini semakin santer terdengar bahwa abad ini adalah abad informasi berkat kemajuan yang sangat pesat dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Khususnya teknologi komputer, sering terdengar ungkapan bahwa dunia semakin kecil, karena berbagai terobosan dibidang teknologi tranportasi dan komunikasi.[4] 
Globalisasi teknologi elektronika dan informatika komputer telah mempesempit wilayah dunia dan memperpendek jarak komunikasi disamping memperpadat mobilisasi orang dan barang.  Selama 24 jam dunia dihubungkan dengan jaringan satelit, setiap detik manusia dapat melihat dan mendengar peristiwa yang terjadi di dunia. Akibat interaksi dengan budaya global memberi dampak budaya secara luas dengan untung ruginya.[5]         
S.P. Siagian mengemukakan bahwa komputer merupakan contoh kontemporer yang baik, setelah menjadi pengetahuan umum bahwa  berkat perkembangan teknologi computer yang pesat, dewasa ini terdapat beraneka ragam computer yang berbeda-beda, mulai dari personal computer yang kapasitasnya sudah sukar dipahami  oleh orang awam. Misalnya dewasa ini computer  yang mampu melakukan sebanyak 16 miliar perhitungan setiap detik. Lebih lanjut dikemukakan bhwa usaha menciptakan computer yang mampu bekerja lebih cepat lagi tetap dilakukan oleh para ahli.  Robot adalah contoh aktual lain. Dewasa ini semakin banyak perusahaan, terutama di negara-negara maju dengan tingkat industralisasi yang tinggi dan tingkat upah tenaga kerja yang tinggi pula, ia menggunakan robot dalam produksinya khususnya dalam melakukan kegiatan-kegiatan yang sangat rutinistik, repetitive dan mekanistik seperti dalam perakitan kendaraan bermotor.[6] 
Modernisasi dan industrialisasi memang dibutuhkan, karena kebutuhan peningkatan taraf keidupan, terutama dalam aspek kebutuhan-kebutuhan materi seperti sandang, pangan,  bahan dan alat. Tetapi bertepatan dengan itu harus pula diusahakan dengan sungguh-sungguh meniadakan atau menanggulangi akibat-akibat dari pengaruh yang tidak diinginkan dari watak kehidupan industrialisasi modern, baik dalam aspek-aspek kejiwaan keagamaan, maupun pencemaran lingkungan seperti limbah industri, kebisingan, pemakaian bahan-bahan berbahaya yang tidak terkendali.[7] 
                 Menurut Tholhah Hasan bahwa, dalam dinamika dan proses perubahan, tata masyarakat yang mapan mengalami kegoyahan, dan semua dasar eksistensi  system kemasyarakatan dipertanyakan kembali. Karena perubahan-perubahan tersebut sifatnya menyeluruh, mencakup semua aspek kehidupan masyarakat, maka pengaruhnya menjadi begitu mendalam dan meluas, mulai dari lembaga keluarga, lembaga-lembaga sosial, lembaga kenegaraan, dan pada akhirnya mempengaruhi akar kepribadian yang merupakan dasar sistem eksistensi diri yang paling  fundamental (aqidah). Lebih lanjut menurut Tholhah Hasan bahwa, ada hal yang menarik dan perlu diamati, ialah tumbuhnya kecenderungan semangat relegiositas pada tiga sektor strategis  dalam kehidupan modern di Indonesia, yaitu:
1.       Pada sektor keilmuan dan teknoogi, dengan berkembangnya semangat relegiositas (ke-Islaman) di kampus-kampus dan pusat-pusat kajian.
2.       Pada sektor kekuasaan politik dan birokrasi, dengan tummbuhya semangat relegiositas dari pusat-pusat pemerintahan sampai di desa-desa.
3.       Pada sektor bisnis dan industri, dengan mulai banyaknya keterlibatan tokoh-tokoh pelaku bisnis  dan industrialisasi tingkat  nasional dalam kegiatan dakwah, dan pemberian fasilitas-fasilitas dakwah dipusat-pusat kegitan kerja mereka.[8] Kecenderungan masyarakat mencari solusi kepada ajaran Islam dalam menghadapi problematika kehidupan dan masalah-masalah kontemporer merupakan tantangan dari para pelaku dakwah.  Dalam konteks ini, maka para pelaku dakwah dituntut untuk menampilkan ajaran Islam secara rasional dengan memberikan interpretasi kritis untuk memproses nilai-nilai yang masuk melalui saluran berbagai informasi dari seluruh penjuru dunia yang pengaruhnya semakin mengglobal. Artinya dakwah harus dikemas sedemikian rupa untuk mampu mempengaruhi persepsi masyarakat bahwa nlai-nlai ajaran Islam lebih tinggi dari pada nilai-nilai yang lain.[9] 
Segala persoalan yang semakin rumit dan kompleks yang dihadapi oleh umat Islam adalah merupakan masalah-masalah yang harus dihadapi dan di atasi oleh para pendukung dan pelaksana kegiatan dakwah. Untuk menghadapi masalah-masalah dakwah yang semakin berat dan meningkat itu, penyelenggaraan dakwah tidak mungkin dilakukan orang-orang secara sendiri-sendiri dan secara sambil lalu saja.  Tetapi harus dilaksanakan oleh para pelaksana dakwah  secara bekerja sama dalam kesatuan-kesatuan yang teratur rapi, dengan terlebih dahulu dipersiapkan dan direncanakan  semasak-masaknya, serta mempergunakan sistem kerja yang efektif dan efesien. Dengan perkataan lain bahwa menghadapi masyarakat obyek dakwah yang sangat kompleks, dengan problemanya yang sangat kompleks pula, penyelenggaraan dakwah akan berjalan secara efektif dan efesien apabila terlebih dahulu dapat diidentifikasikan dan diantisipasikan masalah-masalah yang akan dihadapi.[10]
Kerangka kerja manajemen dengan penggunaan fungsi-fungsi manajemen yakni perencanaan pengorganisasian, pengaturan, penggerakan, pengawasan, pengendalian dan evaluasi sehingga terwujud sebuah tujuan yang diinginkan, yakni penyelenggaraan kegiatan dakwah dengan cara yang baik dan  sistematis.
             Dari uraian-uraian yang telah dikemukakan dapat dipahami bahwa, ajaran Islam adalah konsepsi yang sempurna dan komprehensip,  meliputi segala aspek kehidupan manusia. Peranan dakwah dalam kehidupan masyarakat, menjadi suatu hal yang sangat penting. Apalagi dengan perkembangan komunikasi antar manusia semakin maju,  dunia semakin kecil, jarak komunikasi semakin pendek.  Dinamika dan proses perubahan merupakan masalah yang harus dihadapi  pelaksana kegiatan dakwah. Penyelenggaraan dakwah bisa efektif dan efesien apabila terlebih  kalau dapat diidentifikasi berbagai masalah yang akan dihadapi
             Dalam uraian ini terasa perlu dikemukakan gambaran singkat isi buku ini yakni:
             Bab satu, yakni pendahuluan sebagaimana yang baru saja, telah dikemukakan di atas.
Bab dua, dibahas mengenai konsep dasar tentang manajemn dakwah, dikemukakan pengertian-pengertian, yang bukan secara khusus manajemen dakwah, akan tetapi juga  manajemen dan organisasi, sehingga akan jelas hubungan ke tiga-tiganya. Dengan demikian, akan tergambar konsep dasar manajemen dakwah. Pada uraian berikutnya, akan dikemukakan  tujuan dan kegunaaan manajemen dakwah, secara berurutan akan dikemukakan perumusan tujuan,  tujuan manajemen, tujuan dakwah, akhirnya dikemukakan tujuan manajemen dakwah itu. Kegunaan manajemen akan dikemukakan pendayagunaan manajemen agar kegiatan dapat berjalan secara efektif dan efisien, arti dan ruang gerak manajemen dakwah, meliputi manajemen sebagai sebagai suatu proses, manajemen sebagai suatu modal atau sumber modal, manajemen sebagai suatu sistem, wewenang dan kekuasaan, serta manajemen sebagai suatu strata pimpinan.
Bab tiga, akan dibahas prinsip-prinsip manajemen dakwah, sebelumnya akan dikemukakan prinsip-prinsip organisasi, dengan mengemukakan sejumlah pola dasar   yang dijabarkan daam organisasi. Sementara dalam prinsip-prinsip manajemen dakwah pembahasannya, mengemukakan sejumlah prinsip dakwah, kemudian kaidah-kaidah mendasar ajaran Islam dalam mengatur hubungan sesama manusia. Akhirnya dikemukakan gambaran tentang prinsip-prinsip manajemen dakwah.


BAB IV

PROSES PELAKSANAAN MANAJEMEN DAKWAH
A.     Perencanaan dakwah
B.     Pengorganisasian Dakwah
C.     Penggerakan/pelaksanaan dakwah.
D.    Pengendalian dan Evaluasi Dakwah


BAB V

SUMBER DAYA MANUSIA DAN MANAJEMEN PENGEMBANGAN DAKWAH  
A.     Sumber Daya Manusia Dalam Manajemen Dakwah
B.     Pengembangan dan Peningkatan Pelaksanaan Dakwah.
C.     Profesionalisme Dalam Manajemen Dakwah


BAB VI
KEPEMIMPINAN DALAM MANAJEMEN DAKWAH  
A.     Pentingnya Kepemimpinan Dan Kemampuan Manajerial dalam Proses Dakwah. 
B. Kepemimpinan Dakwah Rasullah SAW, Bersumber Dari Pribadi yang luhur dan Petunjukunjuk Wahyu Ilahi.



[1] M.Syafaat Habib, Buku Pedoman Dakwah  (Cet.I; Jakarta: Widjaya,1982), h. 17 
[2]M. Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah (Ed.I Cet,II; Jakarta: Kencana,2009), h. 1
[3]Tolhah Hasan, Prospek Islam Dalam Menghadapi Tantangan Zaman (Cet.IV; Jakarta: Lantarabora Press), h. 246
[4]S.P.Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Cet. IX; Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h.1
[5]Tolhah Hasan,  op. cit, h. 247
[6]S.P. Siagian, op.cit, h. 10
[7]Tholhah Hasan , op. cit, h. 149
[8]Ibid, h. 196
[9]M. Munir dan Wahyu Ilahi  op. cit, h. 2
[10]A. Rosyad Shaleh, Manajemen Dakwah Islam (Jakarta: Bululan Bintang, 1976), h.3  

Tidak ada komentar:

Labels

Pencarian

Cuteki gadgets