BAB I
Pendahuluan
Ketika Nabi
Besar Muhammad Saw, diutus ke muka bumi
oleh Allah Swt, maka terlihat dengan jelas bahwa ad-Dinul Islam yang
dibawanya untuk kepentingan umat manusia diseluruh dunia sepanjang masa, adalah
berfokus pada tiga prinsip pokok yakni: Pertama, pemberantasan
kejahiliyahan, yakni kebodohan manusia dalam segala bentuknya, berupa
kekufuran, kemusyrikan, tirani, pembunuhan anak, parganisme, buta huruf,
kekotoran kemelaratan, demoralisasi, dan lain-lain bentuk kemunduran. Kedua,
metode yang dipakai untuk mencapai tujuan ini, maka jalan satu-satunya yang
dipakai oleh Rasulullah Saw, ialah dakwah yakni usaha merubah tingkah laku
manusia dari jalan kesesatan ke jalan lurus sesuai perintah Allah Swt, dengan
berbagai cara, baik lisan, kontak perbuatan isyarat ikrar, diam sekalipun,
maupun cara-cara lain yang efektif. Ketiga,
sasaran yang dicapai ialah terwujudnya tata masyarakat baru yang
diridhai oleh Allah Swt. Sebuah
masyarakat yang berjalur Iman, Islam dan Ihsan berdasarkan pada dua pedoman
pokok, Kitabullah dan Sunnatur Rasul, yang berisi tiga serangkai yang
diperlukan bagi manusia yakni, aqidah (pegangan hidup), syari’ah (jalan hidup), dan akhlak (tata cara
hidup).[1]
Ajaran Islam adalah konsepsi yang
sempurna dan komprehensip karena ia meliputi segala aspek kehidupan manusia,
baik yang bersifat duniawi maupun ukhrawi. Islam secara teologis, merupakan
sistem nilai dan ajaran yang bersifat Ilahiah. Sementara dari aspek sosiologis,
Islam merupakan fenomena peradaban, kultural, dan realitas sosial dalam
kehidupan manusia. Selanjutnya, salah
satu aktivitas keagamaan yang secara langsung digunakan untuk mensosialisasikan
ajaran Islam bagi penganutnya dan umat manusia pada umumnya adalah aktifitas
dakwah. [2]
Dengan demikian, dapat dipahami betapa
pentingnya peranan dakwah dalam kehidupan masyarakat. Apalagi dewasa ini perkembangan
komunikasi antar manusia semakin maju,
maka dakwah dianggap sesuatu yang penting artinya. Karena begitu
pentingnya, maka pelaksanaannya dituntut berbagai metode dan strategi yang
sesuai dengan tuntutan perkembangan era globalisasi, baik dalam cara, materi, sasaran, kualitas, komleksitas dan
hal-hal lain yang terkait dengan kebutuhan hal tersebut.
Menurut Tholhah Hasan bahwa, arus
globalisasai bergerak begitu cepat, besar kuat,
ia datang menembus batas-batas kedaulatan nasional setiap negara, baik
itu dialami oleh negara-negara maju dan lebih lagi terhadap negera berkembang, negara
itu saling terkait antara satu dengan yang lainnya dalam pintalan ekonomis, teknologis dan, juga politis. Dari sana dapat
dirasakan bagaimana distribusi sumber-sumber teknologi serta informasi bergerak dan
berpindah-pindah secara lebih deras dan
lancar dari satu negara ke negra lainnya atau dari satu wilayah ke wilayah lain.[3]
Dewasa ini semakin santer terdengar
bahwa abad ini adalah abad informasi berkat kemajuan yang sangat pesat dibidang
ilmu pengetahuan dan teknologi. Khususnya teknologi komputer, sering terdengar
ungkapan bahwa dunia semakin kecil, karena berbagai terobosan dibidang teknologi
tranportasi dan komunikasi.[4]
Globalisasi teknologi elektronika dan
informatika komputer telah mempesempit wilayah dunia dan memperpendek jarak
komunikasi disamping memperpadat mobilisasi orang dan barang. Selama 24 jam dunia dihubungkan dengan
jaringan satelit, setiap detik manusia dapat melihat dan mendengar peristiwa
yang terjadi di dunia. Akibat interaksi dengan budaya global memberi dampak
budaya secara luas dengan untung ruginya.[5]
S.P. Siagian
mengemukakan bahwa komputer merupakan contoh kontemporer yang baik, setelah
menjadi pengetahuan umum bahwa berkat
perkembangan teknologi computer yang pesat, dewasa ini terdapat beraneka ragam
computer yang berbeda-beda, mulai dari personal computer yang kapasitasnya sudah
sukar dipahami oleh orang awam. Misalnya
dewasa ini computer yang mampu melakukan
sebanyak 16 miliar perhitungan setiap detik. Lebih lanjut dikemukakan bhwa
usaha menciptakan computer yang mampu bekerja lebih cepat lagi tetap dilakukan
oleh para ahli. Robot adalah contoh aktual
lain. Dewasa ini semakin banyak perusahaan, terutama di negara-negara maju
dengan tingkat industralisasi yang tinggi dan tingkat upah tenaga kerja yang
tinggi pula, ia menggunakan robot dalam produksinya khususnya dalam melakukan kegiatan-kegiatan
yang sangat rutinistik, repetitive dan mekanistik seperti dalam perakitan
kendaraan bermotor.[6]
Modernisasi dan industrialisasi memang
dibutuhkan, karena kebutuhan peningkatan taraf keidupan, terutama dalam aspek
kebutuhan-kebutuhan materi seperti sandang, pangan, bahan dan alat. Tetapi bertepatan dengan itu
harus pula diusahakan dengan sungguh-sungguh meniadakan atau menanggulangi
akibat-akibat dari pengaruh yang tidak diinginkan dari watak kehidupan
industrialisasi modern, baik dalam aspek-aspek kejiwaan keagamaan, maupun
pencemaran lingkungan seperti limbah industri, kebisingan, pemakaian
bahan-bahan berbahaya yang tidak terkendali.[7]
Menurut Tholhah Hasan bahwa, dalam dinamika dan proses perubahan, tata
masyarakat yang mapan mengalami kegoyahan, dan semua dasar eksistensi system kemasyarakatan dipertanyakan kembali.
Karena perubahan-perubahan tersebut sifatnya menyeluruh, mencakup semua aspek
kehidupan masyarakat, maka pengaruhnya menjadi begitu mendalam dan meluas, mulai
dari lembaga keluarga, lembaga-lembaga sosial, lembaga kenegaraan, dan pada
akhirnya mempengaruhi akar kepribadian yang merupakan dasar sistem eksistensi
diri yang paling fundamental (aqidah). Lebih
lanjut menurut Tholhah Hasan bahwa, ada hal yang menarik dan perlu diamati,
ialah tumbuhnya kecenderungan semangat relegiositas pada tiga sektor
strategis dalam kehidupan modern di
Indonesia, yaitu:
1. Pada sektor keilmuan dan teknoogi,
dengan berkembangnya semangat relegiositas (ke-Islaman) di kampus-kampus dan
pusat-pusat kajian.
2. Pada sektor kekuasaan politik dan
birokrasi, dengan tummbuhya semangat relegiositas dari pusat-pusat pemerintahan
sampai di desa-desa.
3. Pada sektor bisnis dan industri, dengan
mulai banyaknya keterlibatan tokoh-tokoh pelaku bisnis dan industrialisasi tingkat nasional dalam kegiatan dakwah, dan pemberian
fasilitas-fasilitas dakwah dipusat-pusat kegitan kerja mereka.[8]
Kecenderungan masyarakat mencari solusi kepada ajaran Islam dalam menghadapi
problematika kehidupan dan masalah-masalah kontemporer merupakan tantangan dari
para pelaku dakwah. Dalam konteks ini,
maka para pelaku dakwah dituntut untuk menampilkan ajaran Islam secara rasional
dengan memberikan interpretasi kritis untuk memproses nilai-nilai yang masuk
melalui saluran berbagai informasi dari seluruh penjuru dunia yang pengaruhnya
semakin mengglobal. Artinya dakwah harus dikemas sedemikian rupa untuk mampu
mempengaruhi persepsi masyarakat bahwa nlai-nlai ajaran Islam lebih tinggi dari
pada nilai-nilai yang lain.[9]
Segala persoalan yang semakin rumit dan
kompleks yang dihadapi oleh umat Islam adalah merupakan masalah-masalah yang
harus dihadapi dan di atasi oleh para pendukung dan pelaksana kegiatan dakwah.
Untuk menghadapi masalah-masalah dakwah yang semakin berat dan meningkat itu,
penyelenggaraan dakwah tidak mungkin dilakukan orang-orang secara sendiri-sendiri
dan secara sambil lalu saja. Tetapi
harus dilaksanakan oleh para pelaksana dakwah
secara bekerja sama dalam kesatuan-kesatuan yang teratur rapi, dengan
terlebih dahulu dipersiapkan dan direncanakan
semasak-masaknya, serta mempergunakan sistem kerja yang efektif dan
efesien. Dengan perkataan lain bahwa menghadapi masyarakat obyek dakwah yang
sangat kompleks, dengan problemanya yang sangat kompleks pula, penyelenggaraan
dakwah akan berjalan secara efektif dan efesien apabila terlebih dahulu dapat
diidentifikasikan dan diantisipasikan masalah-masalah yang akan dihadapi.[10]
Kerangka kerja manajemen dengan
penggunaan fungsi-fungsi manajemen yakni perencanaan pengorganisasian,
pengaturan, penggerakan, pengawasan, pengendalian dan evaluasi sehingga
terwujud sebuah tujuan yang diinginkan, yakni penyelenggaraan kegiatan dakwah
dengan cara yang baik dan sistematis.
Dari uraian-uraian yang telah
dikemukakan dapat dipahami bahwa, ajaran Islam adalah konsepsi yang sempurna
dan komprehensip, meliputi segala aspek
kehidupan manusia. Peranan dakwah dalam kehidupan masyarakat, menjadi suatu hal
yang sangat penting. Apalagi dengan perkembangan komunikasi antar manusia semakin
maju, dunia semakin kecil, jarak
komunikasi semakin pendek. Dinamika dan
proses perubahan merupakan masalah yang harus dihadapi pelaksana kegiatan dakwah. Penyelenggaraan
dakwah bisa efektif dan efesien apabila terlebih kalau dapat diidentifikasi berbagai masalah
yang akan dihadapi
Dalam uraian ini terasa perlu
dikemukakan gambaran singkat isi buku ini yakni:
Bab satu, yakni pendahuluan
sebagaimana yang baru saja, telah dikemukakan di atas.
Bab dua, dibahas mengenai konsep
dasar tentang manajemn dakwah, dikemukakan pengertian-pengertian, yang bukan
secara khusus manajemen dakwah, akan tetapi juga manajemen dan organisasi, sehingga akan jelas
hubungan ke tiga-tiganya. Dengan demikian, akan tergambar konsep dasar manajemen
dakwah. Pada uraian berikutnya, akan dikemukakan tujuan dan kegunaaan manajemen dakwah, secara
berurutan akan dikemukakan perumusan tujuan,
tujuan manajemen, tujuan dakwah, akhirnya dikemukakan tujuan manajemen
dakwah itu. Kegunaan manajemen akan dikemukakan pendayagunaan manajemen
agar kegiatan dapat berjalan secara efektif dan efisien, arti dan ruang gerak
manajemen dakwah, meliputi manajemen sebagai sebagai suatu proses, manajemen
sebagai suatu modal atau sumber modal, manajemen sebagai suatu sistem, wewenang
dan kekuasaan, serta manajemen sebagai suatu strata pimpinan.
Bab tiga,
akan dibahas prinsip-prinsip manajemen dakwah, sebelumnya akan dikemukakan
prinsip-prinsip organisasi, dengan mengemukakan sejumlah pola dasar yang dijabarkan daam organisasi. Sementara
dalam prinsip-prinsip manajemen dakwah pembahasannya, mengemukakan sejumlah
prinsip dakwah, kemudian kaidah-kaidah mendasar ajaran Islam dalam mengatur
hubungan sesama manusia. Akhirnya dikemukakan gambaran tentang prinsip-prinsip
manajemen dakwah.
BAB IV
PROSES PELAKSANAAN MANAJEMEN DAKWAH
A. Perencanaan dakwah
B.
Pengorganisasian
Dakwah
C.
Penggerakan/pelaksanaan
dakwah.
D.
Pengendalian
dan Evaluasi Dakwah
BAB V
SUMBER
DAYA MANUSIA DAN MANAJEMEN PENGEMBANGAN DAKWAH
A.
Sumber Daya Manusia
Dalam Manajemen Dakwah
B. Pengembangan dan Peningkatan Pelaksanaan Dakwah.
C. Profesionalisme Dalam Manajemen Dakwah
BAB VI
KEPEMIMPINAN
DALAM MANAJEMEN DAKWAH
A. Pentingnya Kepemimpinan Dan Kemampuan
Manajerial dalam Proses Dakwah.
B. Kepemimpinan Dakwah Rasullah SAW, Bersumber
Dari Pribadi yang luhur dan Petunjukunjuk Wahyu Ilahi.
[1]
M.Syafaat
Habib, Buku Pedoman Dakwah
(Cet.I; Jakarta: Widjaya,1982), h. 17
[2]M. Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah (Ed.I Cet,II; Jakarta:
Kencana,2009), h. 1
[3]Tolhah Hasan, Prospek
Islam Dalam Menghadapi Tantangan Zaman (Cet.IV; Jakarta: Lantarabora
Press), h. 246
[4]S.P.Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia,
(Cet. IX; Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h.1
[5]Tolhah Hasan, op. cit, h. 247
[7]Tholhah Hasan , op.
cit, h. 149
[9]M. Munir dan Wahyu
Ilahi op. cit, h. 2
[10]A. Rosyad Shaleh, Manajemen
Dakwah Islam (Jakarta: Bululan Bintang, 1976), h.3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar